Pages

Monday, February 2, 2015

Memulai Kembali

Menghilangkan rasa malas untuk memulai kembali mengisi blog ini, adalah tantangan tersendiri. Rasa kantuk yang selalu datang seketika, rasa lelah, hingga ide yang tiba-tiba menguap.

Ayolah Iwed, semangat! Semangat! Untuk menorehkan jejak dalam bentuk tulisan. Hingga kelak ada hal berharga yang tetap tersimpan saat diri sudah tak ada.

Semangat berbagi cerita, semoga ada hal bermanfaat yang bisa diambil.

Semangat Iwed!

Sunday, July 21, 2013

Kenapa Masih Saja Ada Yang Senang Lempar Batu Sembunyi Tangan?

Kemarin karena ada kesalahan aku mendapat teguran dari atasan, sebenarnya ini bukan hanya kesalahan ku, aku terima saja mendapat omelan, aku mengaku salah dan meminta maaf, selesai! Atasan menerima maafku dan semua kembali berjalan normal.

Alangkah terkejutnya, ketika mendengar temanku yang juga mendapat teguran melemparkan semua kesalahan padaku. Padahal pada masalah ini ada tiga orang yang terlibat, dan Ia melemparkan semua tanggung jawab padaku. Aneh! Kalau saja aku mau, tadi aku akan menjelaskan semua pada atasanku, bisa saja aku melempar kesalahan pada kedua temanku, karena merekalah yang menangani langsung masalahnya dan yang membuat keputusan salah. Ketika semua masalah terjadi aku tidak ada di tempat.

Aku tidak berbuat hal itu, karena merasa ada sedikit andil, aku ikut sedikit menyumbang ide. Dan aku tidak menyalahkan siapapun, karena memang sudah jelas kami bertigalah yang salah.

Ini kejadian kesekian kali, rekan kerja ini sangat senang melempar kesalahan yang sudah diperbuatnya kepada orang lain. Ia selalu cuci tangan. Sudah banyak masalah yang di buatnya, dan yang menyelesaikanya kami-kami ini.

Seharusnya ketika kita merasa bersalah, atau sudah berbuat salah, jujurlah mengakuinya. Dengan mengakuinya tidak serta merta akan membuat kita jadi orang yang terhina. Kita tentunya bisa belajar dari kesalahan kita, agar ke depannya menjadi lebih baik.

Dari kesalahan-kesalahan kecillah kita bisa belajar untuk menjadi yang terbaik.


Sebuah Rasa di Hati Yang Baru

Hatiku penuh sesak, oleh rasa yang beberapa bulan belakangan ini kerap hadir, rasa yang memang tidak boleh hadir. Seharusnya jangan kubiarkan semua berawal, seharusnya jangan pernah aku mencoba menggapainya. Ah, begitu banyak kata seharusnya yang hadir di benakku.

Sosoknya tiba-tiba hadir dalam kehidupanku, sosok yang kerap hadir dalam mimpiku, sosok yang telah membuatku seperti ini, terpuruk pada keputusasaan.

Sepuluh tahun yang lalu, kau berikan harapan palsu, kau janjikan bahagia, yang ternyata hanya keniscayaan. "Mawar sayang, Aku hanya pergi sebentar, Aku janji akan segera kembali, Aku akan menyimpan separuh hatiku di sini bersamamu". Aku hanya bisa menangis melepas kepergiannya yang begitu tiba-tiba.

Setahun... Dua tahun... Hingga sepuluh tahun aku tetap setia menunggu kedatangannya. Tak ada kabar berita, tak ada alamat yang bisa ku telusuri, semua lenyap tak berjejak. Ia dengan sukses berhasil menghilang dari hidupku.

Kini di saat baru ku mulai merangkai asa, baru ku mulai melangkah tanpamu. Tiba-tiba kau datang, dan menghancurkan semua. Kenapa? Kenapa tak puas-puasnya kau permainkan aku?

Hatiku penuh sesak, oleh rasa yang seharusnya tak boleh hadir, di hati yang telah kuberikan pada suamiku. Suami yang telah mengobati luka hatiku, yang telah bersabar menunggu sampai hatiku terbuka untuknya.



#Hanya mengikuti jari-jemari ini menari, maka tertulislah kisah ini...

Friday, July 19, 2013

Punya Rumah dan Mobil adalah Ciri Orang Sukses!

Sedihnya ketika orang hanya memandang sebuah kesuksesan hanya berdasar pada materi apa yang sudah kita miliki. Seseorang yang sudah memiliki rumah dan kendaraan, sudah pasti mendapat predikat orang sukses, dan yang belum punya siap-siaplah mendapat label belum sukses.

Materi jugalah yang membuat seseorang akan mendapat perhatian atau tidak, orang yang terlihat "kere", siap-siaplah untuk dipandang sebelah mata, akan berbeda ketika kita tampil habis-habisan, keren, modis, glamour bersiaplah disambut dengan istimewa.

Sinis ya, sebenarnya tidak semua orang bersikap seperti itu, tetapi secara umum, sudah menjadi hal yang lumrah. Punya rumah, apalagi rumah mewah, punya mobil, apalagi mobil mewah, sudah pasti akan menerima sikap istimewa, dan sebaliknya akan terjadi hal yang bertolak belakang ketika kita tidak punya rumah (atau punya hanya rumah sederhana), tidak punya mobil (atau punya hanya mobil yang sederhana).

Kenapa hadir tulisan ini? Karena muncul rasa prihatin sehabis berbincang dengan rekan kerja, teramat prihatin ternyata masih ada teman yang punya pikiran picik. Sedih rasanya status seseorang dinilai hanya berdasar materi yang dimilikinya.

Aku Takut Ramadhan Ini Menjadi Yang Terakhir Untukku

Ramadhan kali ini, menjadi ramadhan kesekian yang kuhabiskan tanpa kehadiranmu. Ramadhan kesekian yang kuhabiskan kembali hanya bersama Zahra.

Aku juga ingin seperti istri-istri yang lain, bisa menikmati serunya menyiapkan makan sahur. Bisa merasakan repot dan sibuknya menyiapkan hidangan berbuka. Aku rindu, rindu merasakan semua itu, rindu pada hal yang belum pernah aku rasakan.

Kau pernah memberi kejutan manis untukku dan Zahra. Tiba-tiba kau hadir di malam takbiran, kembali tanpa memberi kabar, senangnya. Kita bisa bersama shalat Ied, aku menangis terharu memandangi wajahmu yang terkantuk-kantuk di barisan pria, tentunya rasa lelah setelah perjalanan jauh, membuat dirimu menahan kantuk di tengah-tengah suara ustad yang ceramah.

Entah kapan, bisa kuhabiskan Ramadhan bersamamu, aku takut ini Ramadhan terakhir untukku, dan aku belum pernah sekalipun memasak hidangan sahur dan berbuka untukmu, aku takut ini Ramadhan penghabisan untukku, dan aku belum pernah menikmati tarawih bersamamu.


Sunday, July 14, 2013

Kesekian Kalinya

Malam ini ingin kutitipkan pada rembulan,
sebait puisi untukmu
puisi tentang kita,
tentang rindu yang belum sempat kita pertautkan.
Malam ini ingin kubisikkan pada angin,
syair lagu untukmu
lagu tentang kita,
tentang rindu yang belum sempat kita senandungkan bersama
Malam ini...
untuk kesekian kalinya...



Friday, July 12, 2013

PERTEMUAN

Rasa ini sudah seringkali singgah di hati, perasaan yang memunculkan sejuta tanya, ke mana teman sejati? Masih adakah Ia?

Hari ini, hatiku tercerahkan kembali, inilah sejatinya teman, teman yang selalu kurindukan, teman yang selalu ku nanti. Hari ini rinduku terjawab sudah. Masih ada ternyata teman sejati untuk ku. 

Insya Allah pertemanan ini semua terjadi semata-mata karena Allah.

11 Juli 2012
Sukatani-Tapos Depok

Menyenangkan atau Menyebalkan Panggilan/Julukan?

Dulu waktu masih jaman pakai rok abu-abu, Aku dan beberapa teman suka memberi pangilan/julukan untuk teman yang mempunyai tabiat aneh atau memang menjadi "musuh" genk kita (Jaman putih abu-abu lagi nakal-nakalnya hehehe). Panggilan/julukan ini hanya khusus kita pakai kalau sedang berkumpul saja, atau hanya ada di lingkaran genk saja. Tidak pernah ada yang tahu, selain genk kita (nah walau nakal masih tetap baik kok).

Saat ini, aku tahu rasanya mendapat nama lain atau julukan dari teman, inikah yang namanya karma? (Huss ga ada karma, yang ada hukum sebab akibat #sotoy)

Jadi... sekarang ini, ada teman seringkali memanggil aku "BOS", iya "BOS" (ini selalu ku aminkan dalam hati, semoga Allah benar-benar menjadikanku BOS), dari caranya memanggil ada nada-nada tersembunyi, nada-nada "menghina". Entahlah, rasanya sangat tidak nyaman dipanggil seperti itu.

Kenapa sampai ada panggilan/julukan seperti itu? Aku sendiri tidak tahu, kenapa beliau sekarang seringkali memanggil aku "BOS". Sejak dipercaya jadi Wakasek (wakil kepala sekolah) sepertinya muncul panggilan/julukan ini. Sebenarnya jadi bahan intropeksi juga, apa Aku jadi sombong ya? (yang Aku rasa tidak ada bakat sombong dalam diri ini #uhukk!), atau jadi ngebossy gitu? (ga juga, semua pekerjaan dikerjakan sendiri, apalagi nyuruh-nyuruh, pantang deh!)

Pada akhirnya, semua jadi bahan intropeksi, jadinya sekarang lebih berhati-hati saja dalam berkata, bertindak, pokoknya berusaha tidak membuat hal yang menimbulkan kemungkinan munculnya panggilan/julukan lain. Kenapa sih repot banget ngurusin hal sepele ini? Buatku ini hal yang sepele tetapi sangat mengganggu.

Yah intinya mah, Allah Maha Adil, dulu Aku yang sering memberi panggilan/julukan untuk teman, sekarang Aku menikmati rasanya punya panggilan/julukan. Rasanya sangat tidak menyenangkan, mungkin kalau dulu temanku tahu ada nama panggilan/julukan untuknya, Ia pasti akan merasakan hal sama seperti yang kurasakan sekarang. Kalau saja tulisan ini bisa mewakili rasa bersalahku, ya Allah aku benar-benar menyesal. Semoga Allah memaafkan semua kesalahan dan kekhilafan ku di masa lalu.


Thursday, July 11, 2013

Dokter Yang Menyenangkan (Membuat Nyaman) Itu Harus?

"Ananda Zahra pandai bunda, walau sering tidak hadir, Ananda bisa mengikuti pelajaran, tidak tertinggal dengan yang masuk setiap hari"
"Ananda Zahra tidak bisa mengikuti olimpiade sains bunda, karena sering ijin sakit, takutnya tidak bisa mengikuti pelatihannya"

Kurang lebih itulah yang disampaikan wali kelas anakku, ketika kami bertemu, saat pengambilan raport semester ganjil.

Iya, Zahra memang sering kali ijin kalau asmanya kambuh, dan memang ada ijin khusus dari dokter untuk tidak mengikuti mata pelajaran olahraga dan mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan fisik.

Sejak kecil Zahra memang sudah mengidap sakit asma, bolak balik UGD, apalagi kalau siang hari terlalu banyak aktifitas yang membuatnya lelah, pasti malamnya langsung kambuh. Sudah berganti-ganti dokter untuk konsultasi, semua mengatakan asma tidak bisa disembuhkan, dari beberapa dokter itu ada yang tidak begitu simpatik, membuat saya kapok datang lagi ke sana. Kita membawa anak ke dokter untuk berkonsultasi, menanyakan apa yang tidak kita ketahui, kalau dokternya pelit kasih info, kan bikin males jadinya.

Bulan Mei 2011, Zahra mengikuti kegiatan kemping, yang mengharuskannya menginap di sekolah, sebenarnya aku sudah melarangnya, hanya saja ia memaksa untuk tetap ikut. Akhirnya dengan terpaksa kuperbolehkan ia ikut acara kemping tersebut. Benar saja, ketika ku jemput, wajahnya terlihat pucat, nafasnya tersengal-sengal, aku sudah yakin pasti asmanya kambuh lagi. 

Segera ku bawa pulang, sampai di rumah semakin bertambah parah, aku panik karena di rumah memang hanya tinggal berdua dengan Zahra, suamiku bekerja di belahan dunia lain, dan kembali hanya setahun sekali. segera ku hubungi orang tua ku, agar mengantar Zahra ke rumah sakit.

Sesampai di rumah sakit, langsung di tangani dokter UGD, dan keputusannya harus di rawat. Selama di rumah sakit, Zahra di tangani dokter Susi, dokter spesialis anak yang sangat baik, ramah, dan cantik. Aku sangat nyaman selama Zahra di rawat oleh beliau, penjelasan beliau selalu detail. Pemeriksaan pun dilakukan 
dengan seksama.


Ini ketika zahra baru masuk ruang perawatan, di infus dan langsung di uap untuk mengurangi sesaknya

 Dokter Susi menyampaikan sama seperti dokter-dokter sebelumnya, kalau asma memang tidak dapat disembuhkan. Kita harus tahu pemicunya, dan hindari sebisa mungkin. Dokter Susi tak segan bercincang langsung dengan Zahra, memberitahu hal-hal yang memang harus dihindari, dan memberikan nasehat, agar Zahra harus bisa mengontrol keinginan untuk melanggar apa yang memang tidak boleh dimakan, atau dilakukan oleh penderita asma. Sebenarnya pencetus atau pemicu untuk setiap orang berbeda-beda, kalau Zahra memang tidak boleh kelelahan dan ada beberapa makanan yang harus dihindari.

Dokter Susi menyarankan agar Zahra mengikuti terapi renang, ini untuk melatih otot-otot pernafasannya. Pada awalnya Zahra tidak mau ikut terapi renang ini. Aku sampai memaksanya. Ia tidak mau juga. Hingga pada saat kunjungan ke dokter Susi, beliaulah yang membujuk Zahra, dengan cara menjelaskan apa pengaruh renang untuk kesembuhannya, kudengarkan perbincangan dokter Susi dengan Zahra, beliau menerangkan dengan tegas, jelas, dan dengan argumen yang membuat Zahra (pastinya) mencerna semua dengan baik.

Hingga akhirnya Zahra mau mengikuti terapi renang. Alhammdullilah setelah rutin mengikuti terapi renang, kekambuhannya jauh berkurang, dulu sempat dalam setahun sampai 3 kali dirawat. Saat ini sudah kurang lebih dua tahun Zahra mengikuti terapi renang, dan sudah banyak sekali perkembangannya. Sudah tidak lagi bolak-balik UGD, saat ini sudah dapat mengikuti kegiatan olahraga, dan sedikit-sedikit bisa memakan coklat yang dulu jadi pencetus asmanya.

Saat ini, Alhamdulillah Zahra sudah mulai pulih, perawatan yang diberikan dokter Susi, membuat Zahra sudah dapat beraktifitas normal lagi. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih, Allah melalui tangan dingin dokter Susi memberikan kesembuhan untuk Zahra. Terima kasih untuk dokter Susi, yang sudah menjadi dokter yang menyenangkan, baik, ramah, dan tidak pelit untuk memberikan keterangan yang super jelas untuk orang tua.