Pages

Friday, May 31, 2013

Bisakah Kita?

bisikan angin... sengat mentari... sebongkah rindu... kamu
rinai hujan... sepotong bulan... sepenggal rindu... kamu

Tiba-tiba teringat sosoknya...
Tiba-tiba hadir keinginan agar ia ada di sini
Rasanya tak lagi sama, saat-saat ketika ia ada, nampak sosoknya,  mendengar celotehannya.
Ahh Kamu ada di mana?
Hari ini, jadwal tiba, mungkin terlambat seperti biasa, rasanya aneh, Kita berada dalam jarak yang terjangkau, tetapi tak bisa melepas rindu.
Andai waktu bisa bersahabat dengan Kita, sejenak bisa kulepas rindu ini, 
Kita bukan lagi remaja yang mabuk oleh cinta
bukan lagi pecinta yang bergumul dengan semua pernik-pernik asmara
Ahhh Kamu ada di mana?  
Bisakah sejenak pertemukan angan kita, 
agar terhapus dahaga ini, agar terlepas cemas ini, hilang semua gundah


Thursday, May 23, 2013

RINDU YANG MENYELINAP

Tiba-tiba tanpa permisi menyelinap rasa rindu di hati, layaknya anak baru gede, rindu ini membunuhku (super lebbbayyy ini mah). Yah, rasa rindu datang tiba-tiba, sekelejab hadir, membuat pikiran ini melayang memikirkannya. Sedang apa Ia di sana? Sehatkah? Baik-baik sajakah? Berjuta pertanyaan hadir di pikiran ini.

Biasanya kalau muncul rasa ini, coret-coret di buku sakti, buku tempat menulis ungkapan hati lewat puisi. Walau tak langsung menghilangkan rasa rindu ini, tapi bisa meminimalkan sedikit.

Kami memang terbiasa hidup berjauhan, karena pekerjaan suami yang memang harus bepergian. Sejak memilihnya untuk menjadi imam, Saya sudah mengerti resikonya. Resiko untuk hidup terpisah. Kalau dihitung-hitung, di usia pernikahan kami yang sudah sebelas tahun ini, pertemuan secara fisik mungkin hanya terhitung 3-4 tahun saja. Ajaib ya, karena biasanya suami hanya cuti 3-4 bulan saja tiap tahunnya. Jadiiii yah lebih banyak LDRnya.

Dulu, setelah menikah, 3 bulan setelahnya suami kembali berangkat untuk bertugas, meninggalkan saya dan janin yang baru berusia 3 bulan. Kelahiran anak kami tidak ditemani suami, Zahra bertemu ayahnya, ketika berusia 4 bulan. Suami tidak menikmati masa bayi Zahra, Ia hanya bisa melihat melalui photo-photo yang dikirim.

Berat sebenarnya, tetapi ini sudah menjadi pilihan Saya, menikah dengan suami, yang memang pekerjaannya harus melanglang buana. Pilihan yang membuat Saya menjadi lebih banyak bersabar dan ikhlas. Ikhlas melepas kepergian suami bekerja di tempat yang tidak bisa didatangi setiap saat, beresiko tinggi, ikhlas menerima bahwa pertemuan kami hanya pertemuan sesaat. Ikhlas harus mengasuh anak tanpa didampingi langsung suami.

Pilihan yang membuat saya terpacu untuk menjadi istri dan ibu yang terbaik, menjaga kepercayaan, menjaga amanahnya, menjaga janji setia kami.

Yang pasti hanya satu pegangan kami, Allah SWT semata. Saya pasrahkan semua pada kehendak-Nya, pada Ridho-Nya.

Kami punya harapan, suatu saat suami akan berhenti bekerja, dan mendirikan usaha di dekat keluarga kecil Kami. Agar Kami bisa hidup normal layaknya keluarga-keluarga yang lain. Insya Allah.

menghabiskan masa liburan @Gunung Gede




Thursday, May 16, 2013

Antara Tugas dan Hasrat Hati

Sudah dua minggu terbaring sakit (Alhmdllh ga sampai di rawat) hanya harus istirohat di pembaringan. Hadeeuhh kayak sakit apa gitu yah... Sakitnya sebenarnya karena di bikin sendiri, ada undangan ke Pekayon dan sok-sokan pergi naik motor plus mboncengin temen, pp depok-pekayon, ga sadar fisik da ga mau diajak kompromi lagi, alhasil pulang-pulang teparrrr (asma kambuh buh buh)

Nah besok (17-18 Mei 2013)ada acara perpisahan di puncak (Villa DPR), seharusnya sebagai Wali Kelas dan Kesiswaan, wajib hadir untuk menyampaikan pidato perpisahan. Tetapi, apa daya hasrat hati ingin berangkat, tetapi fisik belum mau di ajak jalan-jalan ke puncak.

Sudah beberapa hari ini, bergumul dengan perasaan, ikut atau tidak ikut. Satu sisi ada tanggung jawab yang harus dilaksanakan (secara ditunjuk pula sebagai ketua panitia), disatu sisi masih kondisi lemah tak berdaya, kalau di bawa beraktifitas langsung datang lagi nih asma. Semakin tak berdayalah diri ini. semakin bingung memutuskannya.
        
Setelah "semedi" memikirkan baik dan buruk, ya sudahlah tahun ini tak ikut dulu acara pelepasan anak-anak ku. Kalau sakit tambah parah ga ada yang mau tanggung jawab juga pastinya. Yah, biarlah walau dibilang tak bertanggung jawab sebagai kesiswaan abad ini, dan alamat bakal jadi topik perbincangan seumur hidup #lebbbayyy keputusan sudah tak bisa diganggu gugat.

Insya Allah ini keputusan yang paling terbaik untuk semua,untuk semua, coba kalau saya ikut trus sakit di sana, rusaklah acara, kalau saya ikut dan tambah sakit, kan mesti ijin lagi, waduhhh padahal dah ga ngajar selama dua minggu. Mengorbankan anak-anak kelas XII yang perpisahan, demi untuk bisa sehat dan bisa mengajar kembali adik-adik kelas.

Sedih sebenarnya tidak bisa menemani anak-anak, tetapi kesehatan saya tetap yang utama. 

Maaf ya nak, Emak mu ini tak bisa menemani di acara perpisahan mu


Monday, May 13, 2013

JUJUR KATA YANG SIMPLE, TAK SESIMPLE MENERAPKANNYA

Jujur! Sedari kecil kita diajarkan orang tua untuk selalu menerapkannya dalam kehidupan kita. Ini pegangan yang tidak bisa di ganggu gugat. Awalnya kita akan kesulitan untuk tidak jujur, akan ada perasaan tidak nyaman, takut, dan sebagainya. Mungkin anak-anak adalah simbol kejujuran ini, setiap orang akan mempercayai semua yang keluar dari mulut si kecil. Hal ini sudah menjadi tak terbantahkan.
                
Ada sebuah cerita, Anis (bukan nama sebenarnya) usianya baru menginjak 6 tahun ini. Anaknya cerdas, pandai bercerita, celotehannya kerap kali membuat Saya terheran-heran. Suatu ketika Ia datang berkunjung, kami seperti biasa saling berbagi cerita (porsi saya lebih banyak mendengarkan tentunya). Tiba-tiba Ia berlari keluar, tak lama kemudian Ia kembali dengan ibundanya, "Bunda, kenapa Anis kok di cubit?" Ibunya bertanya pada Saya, "Dicubit????" Saya kaget, lah tadi kami kan sedang asyik bercerita, kapan bagian saya mencubit? Ini sudah kesekian kali Ia melakukan hal tersebut, berkata yang tidak benar kepada orang tuanya, dannnn orang tuanya selalu mempercayainya. 
                
 Yang paling sering terkena imbasnya kakaknya, dikatakan suka memukullah, suka ngata-ngatain, dan tetap saja orang tuanya percaya. Alhasil kakaknya menjadi musuh no. 1 orang tuanya. Aneh, terkadang tidak habis pikir kenapa Ia menjadi seperti itu, suka melebih-lebihkan cerita, dengan membuat orang lain seolah-olah menyakitinya. Yang lebih lucu terkadang Ia datang berkunjung dengan mengatakan "Bunda, Ibu pinjam panci, untuk masak daging", tentunya Saya heran "memang ibunya ga punya panci?". Setelah dikonfirmasi, ternyata ibunya tidak menyuruhnya melakukan hal tersebut.
                   
 Jujur! Pengaruh orang tua terhadap perkembangan anaknya sangat luar biasa, salah sedikit membuat anak kita bisa tersesat, salah arah. Kalau Saya bisa menyimpulkan, kenapa anak yang masih kecil bisa mengarang cerita bohong, tentunya ada andil orang tua di sana. Sejak awal Ia memulai cerita bohong, orang tua percaya begitu saja, bahkan ketika tahu perkataan anaknya tidak benar, mereka hanya tertawa, tidak ada hukuman, peringatan, kalau perbuatannya itu salah.
                     
 Anak tentunya senang, apa yang Ia lakukan, mendapat "dukungan" dari orang tuanya. Kasihan, kertas polos ini dari awal sudah tertoreh dengan pelajaran ketidakjujuran! Sebagai orang tua tentunya harus terus belajar, menjadi orang tua yang terbaik, bijaksana, dan bisa membawa anak-anak kita kelak ke jalan kebaikan.
                           


#sebuah cerita yang muncul dari rasa prihatin 

Jika Kebencian Sudah "Mengunci Hati"

Semua pasti sudah pernah merasakan dibenci ataupun membenci, pernah ga terpikir kenapa si makhluk yang bernama "benci" ini muncul, bahkan kadang tidak diundang, sekonyong-konyong dia hadir. Wuihhh rasanya kalau dia datang, hati tak karuan, pinginnya makan orang saja hehehe apa iya ya sampai segitunya. Yang pasti Saya sendiri sampai saat ini Alhamdulillah sudah beberapa kali didatangi rasa "benci". Kalau bilang belum pernah, kok ya kayak yang munafik ya. Kemungkinan rasa ini pasti sudah mendatangi ke ruang hati setiap orang (kecuali orang yang benar-benar berhati mulia ya).
          
Bicara rasa benci yang mendatangi Saya, dia muncul ketika hati ini lengah, sekelejab, sekelebat terbesit di hati. Alhamdulillah lagi nih (bukan Syahrini lovers!), kerap kali rasa ini muncul, selalu ada bisikan dari lubuk hati terdalam, bisikan yang mengingatkan agar kita tak terjerumus terlalu dalam pada kebencian. Selalu bisikan hati inilah yang menyelamatkan, selalu teringat kebencian bukanlah sesuatu yang menyenangkan.
        
Kalau dibenci orang, sudah pasti semua orang sudah pernah mengalaminya. Benarkan? Gimana Rasanya? Ga menyenangkan, amat sangat menyiksa. Kenapa?
            
Karena ketika orang membenci kita dengan amat sangat, tak ada satupun kebaikan kita di matanya. Semua yang kita lakukan adalah kesalahan, semua tingkah laku kita dianggap tak baik. Dimanapun Ia berada, yang tersebar adalah cerita tentang kita (tentunya bukan cerita kebaikan!). Bisa jadi Ia tetap menjadi sahabat kita, tetap menjalin hubungan yang baik dengan kita, akan tetapi di belakang kita, sebaliknya yang Ia lakukan.
              
Gimana? Sedih ya, teman yang kita anggap baik, teman yang dengan tulus kita sayangi, ternyata Ia malah menyimpan rasa benci di hatinya. Setelah kita mengetahuinya, apa yang kita lakukan? Pergi menjauhinya? Ikut membencinya?
              
Saya pikir jalan terbaik untuk membalasnya adalah dengan tetap menjadi teman untuknya, tentunya setelah mengurangi porsinya, dari sahabat cukup dengan menjadi teman biasa saja. Kita tunjukan, kebencian yang sudah mengunci hatinya, tidak cukup untuk membuka kebencian di hati kita, Karena hati kita dipenuhi oleh berjuta rasa kasih sayang, peduli, dan tentunya selalu ada Allah. Hanya karena Allahlah kita takut menyimpan kebencian di hati. Malu terhadap Yang Maha Pengasih Maha Penyayang.



Belajar Terus Untuk Ikhlas, 2013

Haid Pertama, Siapa Takut?

                         

Sebenarnya agak cemas juga, mendengar beberapa teman-teman Zahra sudah mendapat haid "tamu bulanan", walaupun Saya tahu bahwa sudah menjadi kodrat seorang wanita mendapat haid. Akan tetapi kecemasan ini tak bisa dihilangkan, mengingat Zahra baru berumur 10 tahun, yang manjanya tidak ketulungan. Buat Saya, Ia masih seorang gadis kecil, sepertinya tidak tega, diusianya yang baru 10 tahun, sudah mendapat haid.

Sudah sejak beberapa bulan yang lalu, Zahra sering bertanya mengenai masalah haid. Sebagai seorang ibu tentunya tidak ingin dalam momen seperti ini, anak kita mendapat info yang menyesatkan. Menyesatkan? Iya, info yang membuat anak-anak menjadi ketakutan menyambut kedatangan "tamu bulanan" ini. Berulang kali Zahra menyatakan ketakutannya, "Bunda, memang kalau haid nanti perutnya, akan saaakitttt sekali?" pertanyaan ini, meskipun telah berulang kali dijelaskan selalu muncul. 

Ketika di sekolah mereka (Zahra dan teman-teman) sering berbagi cerita, yang sudah mendapat haid, akan menceritakan pengalamannya kepada yang lain. Nah, cerita yang kerap kali menyesatkan muncul di sini. Untungnya Zahra seringkali bertanya kembali, untuk mencari kebenaran cerita teman-temannya. Cerita yang Zahra dapat dari teman-teman:

  • Haid akan sangat menyakitkan.

  • Kalau sedang haid tidak boleh keramas dan gunting kuku (masih adakah orang tua yang mengajarkan hal semacam ini?)

  • Darah haid keluarnya banyak.

  • Rasa sakit ketika haid akan dialami seumur hidup.

Nah, apa yang Saya lakukan mendapat pertanyaan-pertanyaan tersebut?

  • Menceritakan pengalaman pribadi kita, ketika mendapat haid.

  • Mengajak bersama-sama membaca artikel mengenai haid. Tentunya sambil  sesekali              kita          menjelaskan.

  • Berusaha terus berkomunikasi dengan jujur.

 

Alhammdulillah ketika saatnya tiba, Zahra sudah siap, tidak takut dan panik menyambut haid "tamu bulanan" pertamanya. Saya yang malah jadi gimana gitu, rasanya sukar dilukiskan, melihat anak kita tumbuh besar, ada perasaan yang sulit untuk diungkapkan. Yang pasti, sebagai ibu, mencoba menjelaskan dengan baik, tidak memaksakan Zahra untuk seketika berubah menjadi dewasa. Toh sejatinya, Ia masih anak-anak, Insya Allah pelan dan pasti semua tanggung jawab sebagai muslimah akan Saya jelaskan.  

Depok, 21 April 2013

Sunday, May 12, 2013

Penanda Jejak



Masa lalu, semua pasti punya masa lalu, entah yang baik, buruk, ingin selalu diingat, bahkan yang jelas-jelas ingin dikubur di lubuk hati terdalam. Masa lalu ada karena kita pernah melewatinya, pernah ada di sana,. Kita menorehkan cerita di lembaran-lembaran masa. Cerita yang pada akhirnya akan menjadi pengingat, menjadi catatan di pelepah hati kita.



Dulu memang ada banyak kenangan indah
banyak hal manis, suka, dan cita
Tapi sekarang
semua itu hanyalah sebuah kenangan.
Tak sedikitpun hasrat untuk kembali ke masa itu,
kini tak akan ada yang bisa merubah apa yang sudah terlewat
karena kenangan itu selalu ada
bukan untuk dinikmati lagi,
melainkan hanya sebagai pengingat,
kita pernah melewatinya